Senin, 23 November 2015

PERANAN GEREJA DALAM MENGHADAPI FENOMENA SEKS BEBAS DIKALANGAN REMAJA

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………           1
Latar Belakang Masalah …………………………………………………... 1
Rumusan Masalah………………………………………………………….  2
Tujuan Penulisan…………………………………………………………...  2
Batasan Penulisan …………………………………………………………. 3
BAB II DASAR TEORITIS…………………………...………………………….            4
a.       Gereja
-          Definisi Gereja……………………………………………………………... 4
-          Fungsi Dan Peran Gereja…………………………………………... 4
b.      Sex Bebas
-          Definisi Sex…………………………………………………………            5
-          Definisi Sex Bebas…………………………………………………  6
-          Penelitian Tentang Sex Bebas……………………………………… 6
c.       Teori-teori Gereja……………………………………………….……………...…..        7
d.      Teori-teori Sex Bebas………………………………….………………   8
BAB III PEMBAHASAN………….……………………………………………...            13
a.       Pandangan Firman Tuhan Mengenai Seks Bebas……………………… 13
b.      Peranan Gereja dalam Menurunkan Angka Seks Bebas   ……………... 16
IV. KESIMPULAN………………………………………………………………. 19
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
            Dalam Bab pendahuluan ini, penulis akan memberikan penguraian tentang Latar Belakang Masalah, Tujuan Penulisan, dan Batasan Penulisan. Pokok-pokok tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

Latar Belakang Masalah
Zaman sekarang yang dikenal dengan era globalisasi telah didominasi oleh pesatnya perkembangan informasi, komunikasi dan teknologi. Hal ini membawa perubahan yang sangat besar terhadap perilaku manusia. Khususnya bagi remaja, remaja harus diselamatkan dari globalisasi, karena globalisasi ini dianggap sebagai  kebebasan dari segala aspek. Kebebasan yang diangkat dalam makalah ini adalah kebebasan dalam bergaul yang sudah melewati batas norma yaitu seks bebas.
Anak remaja telah menyalahartikan arti pergaulan bebas yang sebenarnya. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar lawan jenis dan tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Salah satu contoh yang selalu dilakukan anak remaja sekarang adalah seks bebas. Ini terjadi tidak hanya diperkotaan saja melainkan dipedesaan juga.
Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa dan gereja agar lebih baik. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul peranan gereja untuk menurunkan angka seks bebas khususnya dikalangan remaja. Agar para pembaca terkhusus untuk para remaja tahu dampak dari seks bebas.
Rumusan Masalah
            Seks bebas membuat rusaknya moral maupun kehidupan kehidupan remaja. Berdasarkan Latar Belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka penulis merumuskan ada beberapa pokok permasalahan:
1.      Ada apa dengan  seks bebas dikalangan remaja?
2.      Bagaimana pandangan firman Tuhan tentang seks bebas?
3.      Bagaimanakah peranan gereja dalam menurunkan angka seks bebas dikalangan remaja?

Tujuan Penulisan
            Dengan adanya permasalahan yang telah dijabarkan di atas, adapun yang menjadi tujuan penulisan dari karya ilmiah ini yaitu sebagai berikut:
1.      Pembaca Dapat Mengetahui Definisi Seks Bebas, data statistic tentang seks bebas.
2.      Pembaca Dapat mengetahui pandangan Firman Tuhan terhadap seks bebas.
3.      Pembaca dapat mengetahui peranan gereja dalam menurunkan angka seks bebas dikalangan remaja.



Batasan Penulisan
            Begitu luasnya jika membahas seks bebas dan akibatnya dalam kehidupan remaja, demikian juga dengan solusi ataupun cara supaya remaja terbebas dari seks bebas. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk memberikan batasan pada penulisan ini sebagaimana yang sudah tercantum dalam rumusan masalah dan tujuan penulisan makalah ini.      
















BAB II
DASAR TEORITIS
            Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai definisi istilah gereja dan seks bebas. Akibat-akibat dari seks bebas baik dalam kehidupan remaja baik dalam hubungannya dengan Allah, dalam hubungannya dengan sesamanya dan hubungannya dengan dirinya sendiri.

A.    Gereja
-          Definisi
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia pengertian gereja pertama, yaitu gedung atau rumah tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen. Kedua, yaitu badan atau organisasi umat Kristen yang sama kepercayaan, ajaran dan tata ibadahnya. Gereja (bahasa Portugis: igreja dan bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia)) adalah suatu kata bahasa Indonesia yang berarti suatu perkumpulan atau lembaga dari penganut Kristiani. Istilah Yunani κκλησία, yang muncul dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen biasanya diterjemahkan sebagai "jemaat", 'umat', atau lebih tepat, 'persekutuan' orang Kristen. Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukanlah sebuah gedung. [1]
-          Fungsi Dan Peranan Gereja
Tuhan Yesus memberikan mandate kepada gereja sebagai tugas dan tanggung jawab, peranan serta fungsi gereja dalam mengemban tugas membawa sebanyak mungkin orang kepada Tuhan, dan membina warga gereja supaya hidup sungguh-sungguh dalam Tuhan. Tugas yang pertama adalah Koinonia (persekutuan) dimana gereja terbentuk dari persekutuan orang-orang yang telah dipanggil Tuhan dari kegelapan kepada terang Allah. Jadi dalam gereja harus ada dan tercipta persekutuan, sekaligus terpeliharanya persekutuan yang telah ada dan tercipta sehingga gereja harus menyampaikan model persekutuan yang dimilikinya itu kepada semua umat manusia. Tugas yang kedua adalah Marturia (kesaksian), tugas yang ketiga adalah Diakonia (pelayanan). Diakonia bisa menjadi salah satu bentuk kepedulian gereja kepada masyarakat luas dalam rangka menunjukkan kerajaan Allah dibumi.

B.     Seks Bebas
-          Definisi Sex
Menurut kamus Besar Indonesia pengertian seks adalah jenis kelamin, dan hal yang berhubungan dengan alat kelamin seperti sanggama, merupakan bagian hidup manusia. Istilah “seks” secara etimologis, berasal dari bahasa Latin “sexus” kemudian diturunkan menjadi bahasa Perancis Kuno “sexe”. Istilah ini merupakan teks bahasa Inggris pertengahan yang bisa dilacak pada periode 1150-1500 M. “Seks” secara leksikal bisa berkedudukan sebagai kata benda (noun), kata sifat (adjective), maupun kata kerja transitif (verb of transitive): Secara terminologis seks adalah nafsu syahwat, yaitu suatu kekuatan pendorong hidup yang biasanya disebut dengan insting/ naluri yang dimiliki oleh setiap manusia, baik dimiliki laki-laki maupun perempuan yang mempertemukan mereka guna meneruskan kelanjutan keturunan manusia.[2]
-          Definisi Sex Bebas
Sedangkan seks bebas adalah tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan dalam bentuk tingkah laku yang sudah melewati batas norma. Pengertian seks bebas menurut Kartono (1977) merupakan perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika dibandingkan dengan sistem regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem norma yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan menurut Sarwono (2003) menyatakan, bahwa seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, mulai dari tingkah laku yang dilakukannya seperti sentuhan, berciuman (kissing) berciuman belum sampai menempelkan alat kelamin yang biasanya dilakukan dengan memegang payudara atau melalui oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama (necking, dan bercumbuan sampai menempelkan alat kelamin yaitu dengan saling menggesek-gesekan alat kelamin dengan pasangan namun belum bersenggama (petting), dan yang sudah bersenggama (intercourse), yang dilakukan diluar hubungan pernikahan.[3]
-          Penelitian tentang Seks Bebas
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia melakukan penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun. Penelitian dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual mereka. Alasan para remaja melakukan hubungan seksual tersebut adalah karena semua itu terjadi begitu saja tanpa direncanakan.
Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya.

C.    Teori-teori Tentang Gereja
Banyak orang yang memandang gereja sebagai gedung. Ini bukanlah pengertian Alkitab mengenai gereja. Kata gereja berasal dari kata bahasa Yunani “Ekklesia” yang didefinisikan sebagai “perkumpulan” atau “orang-orang yang dipanggil keluar.” Akar kata dari ”gereja” bukan berhubungan dengan gedung, namun dengan orang. Lutheran, Baptis dan sebagainya.
Orang Kristen sendiri masih kurang memahami, bahkan salah mengerti tentang hakekat Gereja yang sesungguhnya. Mereka memahami gereja sebagai bangunan atau denominasi (aliran atau organisasi gereja). Pengertian yang demikian adalah salah. Gereja bukanlah bangunan fisik atau gedung; juga bukan sesuatu deenominasi atau organisasi. Gereja dapat dipahami melalui pengertian arti istilah, baik yang digali dari bahasa-bahasa gereja Eropa juga dari Alkitab sendiri, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Memang wajar jika suatu istilah mengalami perkembangan arti (konotasi), namun kedinamisan konotasi tidak boleh menyeleweng dari esensi.
            Jika asumsi kita tentang gereja sebagaimana yang berkembang pada masa kini, barangkali kita akan berkata bahwa di dalam Perjanjian Lama belum ada gereja, sebagaimana pandangan para pemikir modern. Namun di dalam Perjanjian Lama terdapat ada dua istilah, yang menggambarkan tentang umat Tuhan yang menunjuk kepada Gereja, yaitu qahal (atau kahal) yang diturunkan dari akar kata yang sudah tidak dipakai lagi yaitu qal (atau kal), yang artinya “memanggil”; dan ‘edhah yang berasal dari kata ya’adh yang artinya “memilih” atau “menunjuk” atau “bertemu bersama-sama di satu tempat yang ditujuk”.[4] Kedua kata ini kadang-kadang dipakai tanpa dibedakan artinya. ‘Edhah adalah kata yang lebih sering dipakai dalam Keluaran, Imamat, Bilangan dan Yosua, tetapi tidak dijumpai dalam kitab Ulangan, dan jarang dijumpai dalam kitab-kitab selanjutnya dalam Perjanjian Lama. Kata qahal banyak sekali dijumpai dalam Tawarikh, Ezra dan Nehemia.
Istilah qahal biasanya diterjemahkan menjadi jemaat, sedangkan ‘edhah diterjemahkan menjadi umat.[5] Septuaginta, menerjemahkan qahal ini dengan ekklesia. Qahal ini juga digambarkan dengan kemampuan berperang sebagaimana dapat ditemukan dalam kitab Ester 8 : 11, 9:2, 15, 16, 18 dan yang tak asing di dalam kitab Hakim-Hakim. Masih banyak refleksi lainnya dalam ragam penggunaan istilah ini, termasuk dalam pengertian beribadat. Hal ini menunjukkan variabilitas keadaan jemaatNya. Di dalam Perjanjian Baru kata yang dipakai untuk menyatakan pengertian jemaat Tuhan adalah kata yang diambil dari Septuaginta yaitu ekklesia (I Pet. 2:9) diawali dengan preposisi ek yang berarti “keluar dari”, dan kata kaleomenjelaskan mengenai “dipanggil keluar dari kounitas tertentu”, dan kata sunagoge, dari kata sun danago yang berarti “datang atau berkumpul bersama” (Omanson 1984:231).[6] Istilah ekklesia dalam Perjanjian Baru secara umum juga menunjuk kepada Gereja, walaupun dalam beberapa bagian menunjukkan pertemuan secara umum, Kis 19:32,39,41.[7] biasanya kata ini diapakai dalam konteks pemanggilan penduduk Yunani, keluar dari rumah mereka berkumpul dalam suatu tempat yang sudah ditentukan.



D.    Teori-teori Tentang Seks Bebas
Faktor terjadinya seks bebas  
Terjadinya seks bebas dikalangan remaja tentu ada faktor-faktor yang memicunya. Faktor-faktor itu bisa berasal dari dalam diri remaja sendiri, dan ada juga dari luar.
-          Faktor dari dalam
Yang dimaksud pengaruh dari dalam adalah pengaruh yang timbul dari dalam jiwa remaja tersebut dalam mencari jati dirinya. Sifat remaja antara lain adalah selalu ingin mencoba hal – hal baru yang belum mereka rasakan, selain itu mereka selalu bereksperimen dengan hal – hal baru yang mereka temukan tersebut. Ditambah lagi jiwa muda mereka yang selalu meledak – ledak membuat mereka selalu memutuskan sesuatu hal tanpa memikirkan dengan matang mana yang baik dan mana yang buruk bagi mereka, begitu juga halnya dengan seks. Mereka selalu ingin mencoba dan tertantang untuk melakukan apa yang dimaksud dengan seks tersebut tanpa memikirkan dampaknya bagi mereka.
-          Faktor dari luar
Sedangkan pengaruh dari luar, bisa dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma, kesopanan dan hukum yang benar sessuai dengan budaya yang ada. Pengaruh dari luar juga bisa dari lingkungan dimana dia tinggal. Lingkungan turut menentukan dan membentuk kepribadian remaja. Lingkungan membentuk perilaku, sikap, pandangan hidup seseorang. Sebagai ruang lingkup terkecil, keluarga mempunyai peranan yang sangat mendasar dalam kehidupan kita termasuk remaja, seorang remaja yang kurang perhatian dari keluarga akan berbuat seenaknya tanpa takut dilarang, dimarah maupun dinasehati sehingga budaya – budaya atau apa saja yang mereka dapatkan di luar akan langsung mereka telan tanpa harus menyaring dan memilah. Keluarga yang tidak utuh juga turut membuat remaja tidak stabil. Urangnya perhatian dan pengajaran dari keluarga juga membuat remaja tidak memiliki pegangan yang benar. Pengaruh dari luar lainya bisa juga dari teman yang terkadang sangat dipercaya oleh remaja sehingga apapun yang dikatakan dan di contohkan akan diikuti oleh remaja. Media masa dan elektronik juga turut menjadi fktor remaja melakukan seks bebas, karena dengan kemajuan tekologi, remaja dapat dengan mudah melihat hal-hal yang berbau pornografi sehingga mempengaruhi pikiran mereka.
Dampak Seks Bebas dikalangan Remaja
            Seks bebas dikalangan remaja tentu memiliki dampak negative yang akan dialami remaja baik secara langsung maupun tidak. Dampak itu bisa dalam hal kesehatan tentunya dengan resiko tertular dan mengalami penyakit-penyakit yang berbahaya seperti sifilis atau raja singa, HIV/AIDS, Herpes kelamin. Dampak lain adalah hancurnya masa depan apalagi jika sampai mengalami kehamilan akibat seks bebas. Hubungan dengan keluarga juga akan mengalami kerusakan karena merasa tidak diperdulikan sehingga menimbulkan kekecewaan terhadap keluarga sendiri. Seks bebas juga berdampak social, karena jika tidak di tangani, maka remaja yang sudah terlanjur melakukan seks bebas akan dapat terjerumus ke dalam praktek prostistusi atau pelacuran.
Strategi pencegahan Seks Bebas dikalangan remaja
            Sebenarnya ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah dan mengurangi kecenderungan remaja untuk terjerumus kedalam perilaku seks bebas. Diantaranya adalah, menjauhi dan menghindari pengaruh media masa dan elektronik yang bruruk atau dengan kata lain menggunakan teknologi dengan tepat. Orang tua harus memaksimalkan perannya sebagai pembimbing dan menjadi teladan  bagi anak, memberikan pengajaran yang benar dan mengawasi anak-anaknya. Pembekalan secara rohani sangat penting supaya anak hidup dengan takut akan Tuhan dan tidak melakukan dosa salah satunya seks bebas. Memberikan penyuluhan tentang pergaulan dan seks bebas bagi remaja akan dapat memberikan pengertian yang benar tentang seks bagi remaja supaya mereka tidak mencari informasi ditempat yang salah. Remaja harus diajarkan untuk menggunakan waktu dengan hal-hal yang bermanfaat, remaja harus pandai memilih teman yang baik dan tidak menjerumuskan kepada hal yang salah.








BAB III
PEMBAHASAN
            Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai seks bebas yang dilihat dari sudut pandang penulis dan dari sudut pandang Alkitab, dan apa yang menjadi tugas, tanggung jawab dan peranan gereja dalam menggembalakan pemuda dan remaja supaya dapat menemukan solusi bagaimana gereja dapat mengambil peran untuk menurunkan angka seks bebas dikalangan remaja.

A. Pandangan Firman Tuhan mengenai Seks Bebas     
html Kata seks dewasa ini menunjukkan bahwa istilah tersebut hampir selalu dipakai di dalam konteks imoralitas seksual (Yun: porneia – yang darinya kita memperoleh istilah “pornografi”). Ada yang berpikir bahwa Alkitab tidak banyak mengajar kita tentang seks, dan bahwa ketika Alkitab membicarakan  tentang seksualitas, itu dilakukan hanya dalam bentuk yang negatif, bersifat melarang, dan terlalu sopan.Tetapi ini merupakan kesimpulan yang agak dangkal. Alkitab berbicara banyak tentang seks, sebab Alkitab berbicara banyak tentang segala sesuatu. Maka, daripada hanya mencari istilah seks di dalam Alkitab, strategi yang lebih produktif adalah mencari di dalam Alkitab frasa segala sesuatu, sebab seks jelas merupakan salah satu bagian dari segala sesuatu. Berikut ini adalah contoh dari pencarian seperti  ini, yang tersingkap dalam firman Allah yang berkuasa. Prinsip 1: Alkitab mengatakan bahwa seksualitas manusia sebagai sesuatu yang baik.
Mari kita mulai dari awal: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka” (Kej 1:27) Setelah penciptaan sebelumnya dilakukan, Allah melihat bahwa “semuanya itu baik” (Kej 1:12,18,21,25), tapi setelah penciptaan manusia sebagai laki-laki dan perempuan, Allah melihat bahwa “segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik” (Kej 1:31). Awal pengertian secara ilahi bahwa seksualitas manusia itu ‘sungguh amat baik’ menunjukan perbedaan seksual pria dan wanita sebagai bagian dari kebaikan dan kesempurnaan dari ciptaan Tuhan yang pertama.
Prinsip 2: Seksualitas manusia adalah satu proses dimana dua menjadi ‘satu daging’. Hubungan intim antara seorang pria dan wanita diekspresikan dalam Kej 2:24: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”. Istilah ‘satu daging’ mengacu pada penyatuan tubuh, jiwa, dan roh yang utuh diantara pasangan yang telah menikah. Penyatuan utuh ini dapat dialami khususnya melalui hubungan seksual yang merupakan tindakan dari pengekspresian cinta sejati, rasa hormat, dan komitmen.
Istilah ‘menjadi satu daging’ menunjukan rencana Tuhan tentang seks dalam perkawinan. Hal ini menjelaskan bahwa Tuhan melihat seks sebagai media bagi suami istri untuk mencapai kesatuan. Harus diperhatikan bahwa pengandaian ‘satu daging’ tidak diterapkan untuk mengambarkan hubungan seorang anak dengan orang tuanya. Seorang laki-laki akan ‘meninggalkan’ orang tuanya untuk menjadi ‘satu daging’ dengan istrinya. Hubungan dengan istrinya berbeda dengan hubungan dengan orang tuanya karena hubungan dengan istri merupakan kesatuan baru yang diperoleh melalui penyatuan seksual.
Menjadi ‘satu daging’ juga mengambarkan tujuan dari kegiatan seksual yang tidak hanya sebagai prokreasi (untuk memperoleh keturunan) tetapi juga psikologi (memenuhi kebutuhan emosional untuk mencapai satu hubungan kesatuan). Kesatuan menunjukan keinginan untuk mengetahui sisi paling khusus dari pasangan secara emosi, fisik dan intelektual. Ketika mereka saling memahami dengan cara yang paling khusus, mereka akan mengerti arti dari menjadi satu daging. Hubungan seksual tidak secara otomatis memberikan pengertian kesatuan. Lebih jauh lagi setiap pasangan harus memahami betul arti saling berbagi dalam hubungan suami-istri.
Prinsip 3: Seks adalah memahami satu sama lain melalui cara yang paling intim.
Hubungan seksual diantara pasangan yang telah menikah membuat mereka dapat saling memahami melalui cara yang paling khusus. Hal ini tidak dapat diperoleh dengan cara yang lain. Berhubungan seksual tidak hanya membiarkan pasangan kita melihat tubuh kita tapi juga kepribadian kita. Inilah sebabnya mengapa kitab suci sering menggambarkan hubungan seksual sebagai ‘memahami’, kata kerja yang sama digunakan dalam Ibrani yang mengacu pada memahami Tuhan.
Adam tentu saja sudah mengenal Hawa sebelum mereka berhubungan seksual, namun ia mengenal Hawa lebih jauh lagi melalui cara yang paling khusus tersebut.
Dwight H. Small mengemukakan, “pengungkapan rahasia diri melalui hubungan seksual merupakan pengungkapan diri yang paling tinggi dari semua tingkat dalam keberadaan satu pribadi. Ini adalah satu cara unik yang eklusif. Mereka saling mengenal seolah mereka tidak pernah mengenal orang lain. Pengetahuan yang unik ini merupakan satu rasa memiliki yang sejati… keadaan telanjang merupakan satu simbol bahwa tidak ada yang tersembunyi diantara pasangan suami istri.”
Proses menuju hubungan seksual adalah satu proses pertumbuhan. Mulai dari sekedar mengenal, kemudian berkencan, bertunangan, menikah, dan berhubungan seksual, pasangan belajar mengenal satu sama lain. Hubungan seksual merupakan puncak dari proses pertumbuhan tersebut.Seperti yang dikemukakan oleh Elizabeth Achtemeier: “Kami merasa seolah kedalaman diri yang paling tersembunyi muncul kepermukaan dan terungkap sebagai satu ekspresi cinta kami yang murni”. Dunia kita sudah melonggarkan prinsip seks, sehingga sepertinya seks sebelum menikah itu tidak masalah karena rasanya enak, tapi Alkitab tidak pernah menyetujui hal itu. Tuhan memanggil kita semua untuk mengendalikan nafsu dan menunggu sampai kita menikah. 1 Korintus 7:2-3, Tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Ibrani 13:4, Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah. 1 Tesalonika 4:3-4, Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan.
B.     peranan gereja dalam menurunkan angka seks bebas dikalangan remaja
Menghadapi bahayanya seks bebas yang mengancam generasi muda gereja, maka gereja harus peka dan tanggap dengan keadaan yang demikian. Karena jika gereja membiarkan hal ini terjadi, maka gereja akan kehilangan generasi penerus estafet pelayanan gereja. Oleh karena itu maka gereja juga harus mengingat tugasnya dan memikirkan cara untuk menolong generasi muda khususnya dalam mengurangi angka seks bebas dikalangan remaja Kristen. Ada beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan oleh gereja, diantaranya: memberikan pelayanan khusus kepada kaum muda dengan tema-tema yang membangun khususnya mengenai topic seks deengan berlandaskan pada Alkitab Firman Allah sebagai standar kehidupan yang benar. Gereja dapat memberikan pelayanan konseling bagi kaum muda secara pribadi dengan penggembalaan yang berkesinambungan untuk membimbing kaum muda dengan segala problema yang dihadapinya. Dengan konseling, pembimbingan dapat dilakukan secara maksimal. Gereja perlu mengadakan seminar-seminar tentang seks supaya kaum muda mendapatkan dan memiliki pengetahuan dan pengertian yang benar tentang seks dan perilaku seks bebas yang saat ini mengancam mereka. Hal ini juga untuk mencegah kaum muda untuk mendapatkan informasi tentang seks pada tempat yang salah. Gereja mengadakan kegiatan-kegiatan positif yang membangun untuk menggali kreatifitas kaum muda, seperti olahraga bersama, camp pemuda, dan kegiatan yang lain. Gereja memberikan ruang khusus bagi kaum muda yang sudah jatuh dalam dosa seks bebas supaya mereka mengalami pemulihan dan mengalami kebangunan kembali, supaya mereka tidak semakin hilang melainkan dapat bangkit dan dipulihkan. Gereja harus melibatkan kaum muda dalam pelayanan gerejawi supaya kaum muda mengerti makna hidup sesungguhnya adalah hidup untuk melayani Tuhan dan memberikan seluruh keberadaannya sebagai persembahan yang kudus dihadapan Tuhan.


















BAB IV
 KESIMPULAN
            Ditengah persoalan yang dihadapi manusia khususnya dalam hal pergaulan yang memicu terjadinya perilaku seks bebas, maka gereja harus mengingat kembali akan tugas, peranan dan tanggung jawabnya dalam membimbing umat Tuhan, khususnya generasi muda. Angka seks bebas yang demikian tinggi mengingatkan gereja supaya mengarahkan kaum mudanya untuk hidup sesuai dengan firman Tuhan sehingga mereka menjadi generasi yang berkualitas. Gereja harus berperan bagaimana membekali kaum muda sebagai generasi penerus gereja yang akan melanjutkan estafet pelayanan di tengah dunia menjadi garam dan terang, dengan pemahaman yang berdasar dan berlandaskan Alkitab. Dengan pelayanan demikian maka geenerasi muda akan terselamatkan dan menjadi generasi penerus gereja yang berkualitas secara rohani dan memuliakan Tuhan dengan hidupnya.
           



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja
[2] http://www.referensimakalah.com/2012/11/definisi-seks-dan-seksualitas.html
[3] http://nopanova1.blogspot.com/p/pengertian-dan-penyebab-prilaku-seks_23.html
[4] Edmund P.Clowney, The Church ,Leicester: Inter Varsity Press, 1995
[5] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika, BPK Gunung Mulia,Jakarta, 2006
[6] I. Howard Marshall, The Tyndale New Testament Commentary,The Acts of the Apostles, Michigan: Williams B. Eerdmans Publishing Company, 1980
[7] Lotnatigor Sihombing, Kultus dan KulturSekolah Tinggi Theologia I-3, Batu, 1997

DAFTAR PUSTAKA


Donald GuthrieTeologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika, BPK Gunung Mulia,Jakarta, 2006
Edmund P.Clowney, The Church ,Leicester: Inter Varsity Press, 1995
http://nopanova1.blogspot.com/p/pengertian-dan-penyebab-prilaku-seks_23.html
http://www.referensimakalah.com/2012/11/definisi-seks-dan-seksualitas.html
I. Howard Marshall, The Tyndale New Testament Commentary,The Acts of the Apostles, Michigan: Williams B. Eerdmans Publishing Company, 1980
Lotnatigor Sihombing, Kultus dan KulturSekolah Tinggi Theologia I-3, Batu, 1997

Tidak ada komentar:

Posting Komentar