MAKALAH
HAKIKAT MANUSIA
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
bab ini, penulis akan memaparkan dan menjelaskan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penulisan karya tulis ini dan batasan penulisan yang
menjadi ruang lingkup pembahasan makalah ini.
Latar Belakang Masalah
Dunia dihuni oleh
berbagai macam mahluk hidup, mulai dari tumbuhan, hewan dan juga tentunya
manusia. Manusia menjadi bagian dari alam semesta dan tinggal di dalam dunia.
Firman Tuhan menyatakan bahwa dunia serta isinya diciptakan oleh Allah sebagai
ciptaan yang “Sungguh amat baik”. Diantara semua ciptaan yang lain, maka
manusia menjadi ciptaan yang paling sempurna. Manusia dikatakan sebagai mahkota
dari semua ciptaan yang lain.
Namun
seiring berkembangnya pengetahuan dan teknologi manusia, maka banyak orang berusaha
mencari tahu, bagaimana asal-usul manusia sebenarnya sesuai dengan apa yang
dapat dipahami oleh manusia. Hal ini pada akhirnya menyebabkan banyak munculnya
teori-teori mengenai asal-usul manusia, meskipun Alkitab dengan jelas
menyatakan bahwa manusia diciptakan Allah sebagai ciptaan yang agung dan
berharga karena diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah
dijelaskan diatas, maka penulis akan merumuskan masalah yang akan dibahas dalam
karya tulis ini, sebagai berikut:
1.
Apakah hakikat manusia itu?
2.
Bagaimana manusia diciptakan?
3.
Apa makna segambar dan serupa dengan
Allah?
Tujuan Penulisan
Berdasarkan
pertanyaan pada rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penulisan
makalah ini adalah:
1.
Supaya pembaca
mengetahui hakikat manusia sebenarnya.
2.
Supaya pembaca
semakin mengerti bahwa manusia diciptakan Allah dengan sangat luar biasa.
3.
Supaya pembaca
mengetahui dan memahami makna segambar dan serupa dengan Allah.
Batasan Penulisan
Mengingat betapa
luasnya pembahasan mengenai manusia, maka penulis perlu membatasi pembahasan
pada karya tulis ini dengan hanya membahas hakikat manusia berdasarkan Kejadian
1 : 26-27, ditambah dengan beberapa sumber menyangkut teori tentang asal usul
manusia. Penulis merasa bahwa apa yang dibahas dalam makalah ini sudah cukup
memberikan sedikit pemahaman kepada pembaca sekalian.
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai hakikat manusia,
manusia diciptakan oleh Allah, dan manusia diciptakan menurut gambar dan rupa
Allah.
Hakikat Manusia
Keberadaan
manusia adalah sesuatu yang menarik untuk dibahas dan dibicarakan. beragam
pandangan dan penelitian dilakukan untuk dapat memahami manusia. dalam bagian
ini, penulis akan membahas mengenai hakikat manusia dalam kaitannya dengan
banyaknya teori mengenai asal-usul manusia, unsur-unsur dalam diri manusia dan
keberadaan manusia sebagai mahluk individu dan sosial.
Asal – Usul Manusia
Keberadaan manusia
didunia ini, mengundang banyak pendapat yang melahirkan teori-teori bagaimana
manusia bisa ada didunia ini. banyak pakar berlomba-lomba mencari bukti, alasan
dan kemungkinan asal-usul manusia. Dari sekian banyak teori yang mengemukakan
asal-usul manusia, berikut ini akan dibahas beberapa teori tersebut:[1]Teori
Cosmic: Teori ini mengatakan bahwa kehidupan dan alam semesta ini
memang dari awal selalu ada. Karena alam semesta ini akan selalu ada, maka hal
ini akan selalu terjadi selamanya dan terus menerus. Ancient Astronaut: Ide
umum dari teori ini adalah alien datang ke bumi berjuta-juta tahun yang lalu
dan menabur kehidupan, baik untuk tujuan masa depan atau ketidaksengajaan, bahkan
teori lain yang berdasar dari teori ini mengatakan bahwa dewa-dewa dari hampir
seluruh agama adalah sebenarnya mahluk terestial (alien). Progressive Creationism: Teori ini mengatakan bahwa Tuhan membuat bumi
secara perlahan-lahan dimana tanaman dan hewan membutuhkan waktu untuk beradaptasi
agar mereka dapat cocok dengan kehidupan di dunia. Punctuated Equilibirium: Teori ini mengatakan bahwa jika evolusi adalah
sebuah proses yang bertahap maka seharusnya penemuan-penemuan fosil memberikan
banyak fosil yang menunjukkan proses transisi tersebut. Scientology: Teori ini
mengatakan bahwa manusia berevolusi dari burung ke hewan lainnya lalu ke
monyet, sebelum menghabiskan waktu ribuan tahun sebagai manusia purba.
Theistic
Evolution: Jika para
pemercaya agama mengatakan bahwa evolusi menentang keberadaan Tuhan, maka
Theistic Evoluton adalah teori yang menjembataninya. Ide utamanya tetap Tuhan
yang menciptakan alam semesta dan isinya, hanya saja kali ini penciptaan dengan menggunakan ilmu
pengetahuan, yaitu Big Bang, fisika kuantum dan seterusnya. Alam semesta ini
merupakan hasil dari Tuhan sebagai professor menggabungkan berbagai jenis atom
dalam laboratorium suci pengetahuannya. Teori Evolusi Darwin: Salah satu teori yang paling dikenal mengenai
keberadaan manusia, dimana ia mengatakan bahwa manusia sebenarnya berasal dari
monyet yang berevolusi dalam jangka waktu lama hingga menjadi manusia purba dan
manusia purba tersebut berevolusi lagi menjadi manusia modern seperti sekarang
ini. Semua evolusi tersebut memakan jangka waktu yang sangat lama. Ini adalah
teori yang melambangkan pengetahuan di mata para ilmuwan.
Unsur Manusia Sebagai Mahluk
Manusia
sebagai mahluk hidup, memiliki unsur-unsur yang menjadi bagian dari
kehidupannya. Unsur-unsur ini menyusun manusia menjadi mahluk yang utuh dan
hidup. Ada dua pandangan mengenai unsur-unsur dalam diri manusia, yakni
pandangan yang mengatakan bahwa manusia adalah mahluk dikotomi yang terdiri
dari dua unsur dan pandangan bahwa manusia adalah mahluk trikotomi yang terdiri
dari trikotomi.
Dikotomi
Para
penganut dikotomi menyatakan bahwa manusia hanya terdiri dari 2 unsur saja, yaitu: tubuh dan jiwa
(atau roh) saja. Dalam hal ini, tidak ada perbedaan antara jiwa dan roh,
sebab keduanya diyakini sebagai unsur yang sama, yaitu yang bersifat rohani.
Contoh “gereja dikotomi: Reformed Church, Methodist, gereja-gereja tradisi, dan
yang lainnya”.[2]
Konsep dikotomi ini di anut sejak sekitar awal mula pemikiran
Kristen. Menyusul konsili di konstantinopel pada tahun 381, pendapat ini
menjadi makin populer sehingga dapat dikatakan menjadi kepercayaan yang secara
resmi diterima oleh gereja. Kebanyakan para penganut teori ini mendasarkan
pandangannya pada argumentasi bahwa ketika Allah menciptakan manusia, Allah
menghembuskan ke dalam manusia hanya satu prinsip saja, yaitu jiwa/napas yang
hidup. “Kej. 2:7, Penyebutan jiwa dan roh secara bersamaan seperti dalam I Tesalonika
5:23 dan Ibrani 4:12, tidak harus ditafsirkan sebagai adanya dua substansi yang
berbeda, dan pada umumnya kesadaran manusia hanya menunjukkan adanya dua bagian
dalam diri manusia, yaitu unsur yang badaniah/jasad (yang dapat dilihat) dan
unsur rohaniah (yang tidak dapat dilihat)”.[3]
Trikotomi
Yang mula-mula mempopulerkan trikotomi adalah Watchman Nee (1903-1972)
seorang hamba Tuhan dari China, melalui bukunya yang diterbitkan dalam 3 volume
dan berjudul: “Spiritual Man”. Yang menyatakan bahwa sebenarnya manusia
terdiri dari 3 unsur, yaitu: tubuh, jiwa, dan roh. Lebih jauh
dikatakan bahwa tubuh terdiri dari tulang, daging, darah, panca indra dan
organ-organ tubuh. Sedangkan jiwa terdiri dari rasio, emosi, dan kemauan.
Binatang berbeda dari manusia, sebab binatang hanya terdiri dari tubuh dan jiwa
saja, tanpa hati nurani. Contoh “gereja trikotomi: gereja Pantekosta,
karismatik, dan yang lainnya”.[4]
Manusia Sebagai Mahluk Individu Dan Sosial
Pada dasarnya,manusia adalah makhluk
individu manusia yang merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial
atau manusia sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat,
manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Manusia adalah makhluk yang
diciptakan oleh Allah yang pada
hakikatnya mereka sebagai makhluk individu. Adapun yang dimaksud individu
menurut(Effendi, 2010: 37) adalah berasal dari kata in dan divided. Dalam
bahasa Inggris in mengandung pengertian tidak, sedangkan divided artinya
terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi atau satu kesatuan.[5]
Dalam hal ini, artinya bahwa manusia sebagai makhluk individu merupakan
kesatuan aspek jasmani dan rohani atau fisik dan psikologis, apabila kedua
aspek tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai individu.
Adapun yang dimaksud Istilah sosial
menurut adalah ”Sosial” berasal dari akar kata bahasa Latin Socius, yang
artinya berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan
dan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat.[6]
Adapun dalam hal ini yang dimaksud manusia sebagai makhluk sosial adalah
makhluk yang hidup bermasyarakat, dan pada dasarnya setiap hidup individu tidak
dapat lepas dari manusia lain. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk
sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya.
Manusia Diciptakan Oleh Allah
Keberadaan
manusia didunia ini bukanlah sesuatu yang terjadi dengan sendirinya. keberadaan
manusia tidak dapat dilepaskan dari Allah. Alkitab dengan jelas mengatakan
bahwa: “...Maka Allah menciptakan manusia itu…" (Kejadian 1:27). Manusia diciptakan dan diadakan oleh Allah. Penciptaan
manusia oleh Allah merupakan suatu karya yang sangat luar biasa.
Diciptakan Dengan Pertimbangan Dan Perencanaan
Dalam Kejadian 1:26
– firman Tuhan berkata: Berfirmanlah Allah:
"Baiklah Kita menjadikan manusia...”. Allah menyebut
"Kita" menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang Tritunggal. Allah
dalam tiga Oknum ini sedang berdiskusi, merencanakan sesuatu bagi ciptaan
teragung sehingga ditulis demikian jelas proses dari penciptaan itu. (Peta
dan Teladan Allah, hal. 9). Apa yang disaksikan oleh Alkitab sangatlah
menarik karena di dalam penciptaan yang lain, hanya dikatakan bahwa Allah
berfirman dan semuanya jadi. Tetapi ketika Allah akan menciptakan manusia tidak
demikian prosesnya, melainkan : “Baiklah Kita menjadikan
manusia…” (Kej 1:26). R. Soedarmo dalam bukunya mengatakan bahwa
“Tuhan Allah waktu menjadikan makhluk-makhluk lain hanya berfirman saja “Jadilah
ini” dan “Jadilah itu”, tetapi ketika Tuhan akan
menjadikan manusia, Ia bermusyawarah”.[7] (Ikhtisar
Dogmatika, hal. 139). Sementara
itu, Budi Asali mengatakan bahwa “Allah berunding dulu sebelum menciptakan
manusia (Kej 1:26-27), ini adalah perundingan ilahi, karena dilakukan antar
pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal”.[8]
Sedangkan Stephen Tong berpandangan bahwa “sebelum Allah Bapa, Allah Anak
dan Allah Roh Kudus mencipta, Mereka berdiskusi dan Allah berkata, 'Mari Kita
menciptakan manusia menurut peta dan teladan Kita”.[9] Semua
ini menunjukkan bahwa manusia sangat berharga dan istimewa di hadapan Allah.
Diciptakan Langsung Oleh Allah
Teori
evolusi yang dipelopori oleh Charles Darwin lewat bukunya Origin
of the Species pada tahun 1859, mengatakan bahwa semua mahluk hidup
yang ada didunia ini adalah hasil dari evolusi. Akan tetapi hal ini
bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh Alkitab, bahwa manusia adalah hasil
ciptaan Allah yang diciptakan secara langsung dan sempurna. Alkitab mengatakan
dalam Kejadian 2:7, “...ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari
debu tanah...” hal ini berarti bahwa ketika Allah membentuk dan menciptakan
manusia, maka langsung berwujud manusia, bukan berwujud mahluk yang lain. Manusia diciptakan dengan tanganNya sendiri
(Kejadian 2:7, Ibr.yatser, aktivitas yang kreatif), Allah membentuk (to carve,
yatser). “Didalam kata yatser mengandung unsur seni”.[10]
Dihidupkan Dengan Nafas Allah
Setelah Allah membentuk
manusia dari debu tanah, maka Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa Allah
menghembuskan “nafas” ke dalam hidungnya, sehingga manusia menjadi hidup. Kehidupan
diperoleh manusia setelah Allah menghembuskan “nafas” kepada manusia. Tanpa
“nafas” dari Allah, manusia hanyalah sebongkah tanah yang mati. “Manusia yang
memiliki nafas hidup dari Allah adalah hasil karya Allah yang keadaannya
berlainan sekali dengan Allah yang menciptakannya”.[11]
Diciptakan Segambar Dan Serupa Dengan Allah
Alkitab
menyatakan bahwa Allah membentuk dan menciptakan manusia seturut dengan rupa
dan gambar Allah (Kejadian 2:26). Ini adalah keistimewaan manusia dibandingkan
dengan ciptaan yang lain.
Makna Segambar Dan Serupa Dengan Allah
Manusia
diciptakan Allah sebagai makhluk yang istimewa, yaitu sebagai gambar Allah,
dalam bahasa Ibrani disebut “tselem” dan dalam bahasa Latin disebut “Imago Dei”.[12] Segambar dengan Allah artinya adalah:[13]
gambar Allah yang ada pada diri manusia hanya ditemukan melalui
kapasitas-kapasitas akal budi, emosi, kehendak, imajinasi, relasi sosial. Diciptakan menurut rupa Allah, memiliki makna bahwa manusia mampu
menanggapi dan menjalin persekutuan dengan Allah, dan mencerminkan kasih,
kemuliaan, dan kekudusan.
Tujuan Diciptakan Serupa Dan Segambar Dengan Allah
Yang
menjadi tujuan Allah menciptakan manusia serupa dan segambar dengan-Nya adalah Pertama,
menunjukkan hubungan yang khusus antara manusia dengan Allah sebagai
penciptannya. Tujuannya
adalah, sebagai gambar Allah, manusia harus dapat mengasihi Allah dengan benar. Adam dan Hawa memiliki kesamaan moral dengan Allah, karena mereka adalah
benar dan kudus (bd. Ef 4:24), dengan hati yang sanggup mengasihi dan ingin melakukan yang benar.
Mereka memiliki kesamaan inteligensi (akal) dengan Allah, karena mereka
diciptakan dengan roh, pikiran, perasaan, dan kuasa untuk memilih (Kej 2:19-20;
3:6-7).
Kedua, Cerminan hubungan manusia
dengan sesamanya. Manusia tidak
ciptakan hanya sebagai laki-laki tetapi juga diciptakan sebagai perempuan.
Tujuannya: Sebagaimana hakekat Allah Tritunggal demikianlah manusia sebagai
gambar Allah harus hidup dalam persekutuan dengan sesamanya. Ketiga,
Hubungan manusia dengan makhluk ciptaan yang lain. Tujuannya :
Sebagai gambar Allah, manusia diberikan wewenang, tugas dan tanggung jawab oleh
Allah untuk menguasai bumi atas nama Allah (1:26-29; bdk Maz 8:7-9).
Tugas Dan Tanggung Jawab Manusia
Sebagai ciptaan
yang sempurna jika dibandingkandengan mahluk lain, maka manusia memiliki tempat
dan hak yang istimewa yang tidak dimiliki oleh mahluk lain. Yang menjadi “tugas
dan tanggung jawab manusia adalah sebagai mandataris
Allah, manusia diciptakan untuk memuliakan Tuhan, diciptakan untuk menikmati
persekutuan dengan Tuhan, diciptakan untuk melakukan kehendak-Nya (Yohanes
14:21),dan untuk mengenal Allah dan kehendakNya”. [14]
BAB III
PENUTUP
Dalam bab ini, penulis akan
memaparkan kesimpulan dan saran bagi pembaca. Diharapkan kesimpulan dan saran
ini, pembaca dapat mengambil makna dari tulisan ini.
Kesimpulan
Manusia
diciptakan Allah dengan cara yang luar biasa, dengan perencanaan dari Allah,
hingga akhirnya Allah sendiri yang membentuk manusia dari debu tanah, bahkan
menghembuskan nafas hiidup ke dalam hidung manusia sehingga manusia menjadi
mahluk yang hidup. Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah, yang
didalamnya terkandung makna dan tujuan yang tidak lain adalah mengacu kepada
hubungan dengan Allah dan dengan sesama serta lingkungan. Manusia mewarisi
sebagian sifat dan natur Allah meskipun sebagai ciptaan, tidak akan pernah
menjadi sama dengan Allah.
Saran
Melalui karya tulis ini,
penulis akan menyampaikan saran kepada pembaca, yaitu:
1.
Bersyukur dan
menghargai apa yang telah Tuhan berikan
2.
Memiliki pemahaman yang
benar akan penciptaan manusia sesuai dengan Alkitab sehingga tidak mudah
disesatkan oleh pengajaran dan teori-teori yang salah
3.
Dengan kekuatan yang
dari Tuhan, setiap orang percaya harus memenuhi apa yang menjadi Tujuan Alah
menciptakan manusia.