DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1
Latar
Belakang Masalah …………………………………………………... 1
Rumusan
Masalah…………………………………………………………. 2
Tujuan
Penulisan…………………………………………………………... 2
Batasan
Penulisan …………………………………………………………. 3
BAB II DASAR TEORITIS…………………………...…………………………. 4
a. Gereja
-
Definisi Gereja……………………………………………………………... 4
-
Fungsi Dan Peran
Gereja…………………………………………... 4
b. Sex
Bebas
-
Definisi Sex………………………………………………………… 5
-
Definisi Sex
Bebas………………………………………………… 6
-
Penelitian Tentang Sex
Bebas……………………………………… 6
c. Teori-teori
Gereja……………………………………………….……………...….. 7
d. Teori-teori
Sex Bebas………………………………….……………… 8
BAB
III PEMBAHASAN………….……………………………………………... 13
a.
Pandangan Firman Tuhan Mengenai Seks Bebas……………………… 13
b. Peranan Gereja dalam Menurunkan Angka Seks Bebas ……………... 16
IV. KESIMPULAN………………………………………………………………. 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Bab pendahuluan ini, penulis
akan memberikan penguraian tentang Latar Belakang Masalah, Tujuan Penulisan,
dan Batasan Penulisan. Pokok-pokok tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
Latar Belakang Masalah
Zaman
sekarang yang dikenal dengan era globalisasi telah didominasi oleh pesatnya
perkembangan informasi, komunikasi dan teknologi. Hal ini membawa perubahan
yang sangat besar terhadap perilaku manusia. Khususnya bagi remaja, remaja
harus diselamatkan dari globalisasi, karena globalisasi ini dianggap sebagai kebebasan dari segala aspek. Kebebasan yang
diangkat dalam makalah ini adalah kebebasan dalam bergaul yang sudah melewati
batas norma yaitu seks bebas.
Anak remaja telah menyalahartikan
arti pergaulan bebas yang sebenarnya. Para remaja dengan bebas dapat bergaul
antar lawan jenis dan tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum,
para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya.
Salah satu contoh yang selalu dilakukan anak remaja sekarang adalah seks bebas.
Ini terjadi tidak hanya diperkotaan saja melainkan
dipedesaan juga.
Generasi muda adalah tulang punggung
bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan
bangsa dan gereja agar lebih baik. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul
peranan gereja untuk menurunkan angka seks bebas khususnya dikalangan remaja. Agar
para pembaca terkhusus untuk para remaja tahu dampak dari seks bebas.
Rumusan Masalah
Seks bebas membuat rusaknya moral
maupun kehidupan kehidupan remaja. Berdasarkan Latar Belakang yang telah
penulis paparkan di atas, maka penulis merumuskan ada beberapa pokok
permasalahan:
1. Ada apa dengan seks bebas dikalangan remaja?
2. Bagaimana pandangan firman Tuhan
tentang seks bebas?
3. Bagaimanakah peranan gereja dalam
menurunkan angka seks bebas dikalangan remaja?
Tujuan Penulisan
Dengan adanya permasalahan yang
telah dijabarkan di atas, adapun yang menjadi tujuan penulisan dari karya
ilmiah ini yaitu sebagai berikut:
1. Pembaca Dapat Mengetahui Definisi
Seks Bebas, data statistic tentang seks bebas.
2. Pembaca Dapat mengetahui pandangan
Firman Tuhan terhadap seks bebas.
3. Pembaca dapat mengetahui peranan
gereja dalam menurunkan angka seks bebas dikalangan remaja.
Batasan Penulisan
Begitu luasnya jika membahas seks
bebas dan akibatnya dalam kehidupan remaja, demikian juga dengan solusi ataupun
cara supaya remaja terbebas dari seks bebas. Oleh karena itu penulis merasa
perlu untuk memberikan batasan pada penulisan ini sebagaimana yang sudah
tercantum dalam rumusan masalah dan tujuan penulisan makalah ini.
BAB II
DASAR TEORITIS
Dalam bab ini, penulis akan membahas
mengenai definisi istilah gereja dan seks bebas. Akibat-akibat dari seks bebas
baik dalam kehidupan remaja baik dalam hubungannya dengan Allah, dalam
hubungannya dengan sesamanya dan hubungannya dengan dirinya sendiri.
A. Gereja
-
Definisi
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia pengertian
gereja pertama, yaitu gedung atau rumah tempat berdoa dan melakukan upacara
agama Kristen. Kedua, yaitu badan atau organisasi umat Kristen yang sama
kepercayaan, ajaran dan tata ibadahnya. Gereja (bahasa Portugis: igreja dan bahasa
Yunani: εκκλησία (ekklêsia)) adalah suatu kata bahasa
Indonesia yang berarti suatu perkumpulan atau lembaga dari penganut Kristiani.
Istilah Yunani ἐκκλησία, yang muncul dalam Perjanjian
Baru di Alkitab
Kristen
biasanya diterjemahkan sebagai "jemaat", 'umat', atau lebih tepat,
'persekutuan' orang Kristen. Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi,
gereja pertama-tama bukanlah sebuah gedung. [1]
-
Fungsi Dan Peranan Gereja
Tuhan Yesus
memberikan mandate kepada gereja sebagai tugas dan tanggung jawab, peranan
serta fungsi gereja dalam mengemban tugas membawa sebanyak mungkin orang kepada
Tuhan, dan membina warga gereja supaya hidup sungguh-sungguh dalam Tuhan. Tugas
yang pertama adalah Koinonia (persekutuan) dimana gereja terbentuk dari
persekutuan orang-orang yang telah dipanggil Tuhan dari kegelapan kepada terang
Allah. Jadi dalam gereja harus ada dan tercipta persekutuan, sekaligus
terpeliharanya persekutuan yang telah ada dan tercipta sehingga gereja harus
menyampaikan model persekutuan yang dimilikinya itu kepada semua umat manusia.
Tugas yang kedua adalah Marturia (kesaksian), tugas yang ketiga
adalah Diakonia (pelayanan). Diakonia bisa menjadi salah satu bentuk
kepedulian gereja kepada masyarakat luas dalam rangka menunjukkan kerajaan
Allah dibumi.
B. Seks Bebas
-
Definisi Sex
Menurut kamus
Besar Indonesia pengertian seks adalah jenis
kelamin, dan hal yang berhubungan dengan alat kelamin seperti sanggama,
merupakan bagian hidup manusia. Istilah “seks” secara etimologis, berasal dari bahasa Latin
“sexus” kemudian diturunkan menjadi bahasa Perancis Kuno “sexe”.
Istilah ini merupakan teks bahasa Inggris pertengahan yang bisa dilacak pada
periode 1150-1500 M. “Seks” secara leksikal bisa berkedudukan sebagai kata
benda (noun), kata sifat (adjective), maupun kata kerja transitif
(verb of transitive): Secara terminologis seks adalah nafsu syahwat,
yaitu suatu kekuatan pendorong hidup yang biasanya disebut dengan insting/
naluri yang dimiliki oleh setiap manusia, baik dimiliki laki-laki maupun
perempuan yang mempertemukan mereka guna meneruskan kelanjutan keturunan
manusia.[2]
-
Definisi Sex Bebas
Sedangkan
seks bebas adalah
tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan dalam bentuk
tingkah laku yang sudah melewati batas norma. Pengertian
seks bebas menurut Kartono (1977) merupakan perilaku yang didorong oleh hasrat
seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika dibandingkan dengan
sistem regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem norma yang berlaku
dalam masyarakat. Sedangkan menurut Sarwono (2003) menyatakan, bahwa seks bebas
adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan
jenis maupun sesama jenis, mulai dari tingkah laku yang dilakukannya seperti sentuhan,
berciuman (kissing) berciuman belum sampai menempelkan alat kelamin yang
biasanya dilakukan dengan memegang payudara atau melalui oral seks pada alat
kelamin tetapi belum bersenggama (necking, dan bercumbuan sampai menempelkan
alat kelamin yaitu dengan saling menggesek-gesekan alat kelamin dengan pasangan
namun belum bersenggama (petting), dan yang sudah bersenggama (intercourse),
yang dilakukan diluar hubungan pernikahan.[3]
-
Penelitian tentang Seks Bebas
Sebuah penelitian yang dilakukan
oleh perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia melakukan
penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun. Penelitian
dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya. Hasil
penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar
melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma
agama. Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku
seksual mereka. Alasan para remaja melakukan hubungan seksual tersebut adalah
karena semua itu terjadi begitu saja tanpa direncanakan.
Hasil penelitian juga memaparkan
para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif
mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan melalui teman, Film
Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari persentase ini dapat
dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan dibandingkan orangtua dan
guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini,
karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya.
C.
Teori-teori
Tentang Gereja
Banyak orang yang memandang gereja
sebagai gedung. Ini bukanlah pengertian Alkitab mengenai gereja. Kata gereja
berasal dari kata bahasa Yunani “Ekklesia” yang didefinisikan sebagai
“perkumpulan” atau “orang-orang yang dipanggil keluar.” Akar kata dari ”gereja”
bukan berhubungan dengan gedung, namun dengan orang. Lutheran, Baptis dan
sebagainya.
Orang Kristen sendiri masih kurang
memahami, bahkan salah mengerti tentang hakekat Gereja yang sesungguhnya.
Mereka memahami gereja sebagai bangunan atau denominasi (aliran atau organisasi
gereja). Pengertian yang demikian adalah salah. Gereja bukanlah bangunan fisik
atau gedung; juga bukan sesuatu deenominasi atau organisasi. Gereja dapat
dipahami melalui pengertian arti istilah, baik yang digali dari bahasa-bahasa
gereja Eropa juga dari Alkitab sendiri, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru. Memang wajar jika suatu istilah mengalami perkembangan arti (konotasi),
namun kedinamisan konotasi tidak boleh menyeleweng dari esensi.
Jika asumsi kita tentang gereja
sebagaimana yang berkembang pada masa kini, barangkali kita akan berkata bahwa
di dalam Perjanjian Lama belum ada gereja, sebagaimana pandangan para pemikir
modern. Namun di dalam Perjanjian Lama terdapat ada dua istilah, yang
menggambarkan tentang umat Tuhan yang menunjuk kepada Gereja, yaitu qahal (atau kahal)
yang diturunkan dari akar kata yang sudah tidak dipakai lagi
yaitu qal (atau kal), yang artinya “memanggil”;
dan ‘edhah yang berasal dari kata ya’adh yang artinya
“memilih” atau “menunjuk” atau “bertemu bersama-sama di satu tempat yang
ditujuk”.[4]
Kedua kata ini kadang-kadang dipakai tanpa dibedakan artinya.
‘Edhah adalah kata yang lebih sering dipakai dalam Keluaran, Imamat,
Bilangan dan Yosua, tetapi tidak dijumpai dalam kitab Ulangan, dan jarang
dijumpai dalam kitab-kitab selanjutnya dalam Perjanjian Lama.
Kata qahal banyak sekali dijumpai dalam Tawarikh, Ezra dan Nehemia.
Istilah qahal biasanya
diterjemahkan menjadi jemaat, sedangkan ‘edhah diterjemahkan menjadi umat.[5] Septuaginta,
menerjemahkan qahal ini
dengan ekklesia. Qahal ini juga digambarkan dengan
kemampuan berperang sebagaimana dapat ditemukan dalam kitab Ester 8 : 11,
9:2, 15, 16, 18 dan yang tak asing di dalam kitab Hakim-Hakim. Masih banyak
refleksi lainnya dalam ragam penggunaan istilah ini, termasuk dalam pengertian
beribadat. Hal ini menunjukkan variabilitas keadaan jemaatNya. Di dalam
Perjanjian Baru kata yang dipakai untuk menyatakan pengertian jemaat Tuhan
adalah kata yang diambil dari Septuaginta yaitu ekklesia (I Pet. 2:9)
diawali dengan preposisi ek yang berarti “keluar dari”, dan
kata kaleomenjelaskan mengenai “dipanggil keluar dari kounitas tertentu”,
dan kata sunagoge, dari kata sun danago yang berarti
“datang atau berkumpul bersama” (Omanson 1984:231).[6]
Istilah ekklesia dalam Perjanjian Baru secara umum juga menunjuk
kepada Gereja, walaupun dalam beberapa bagian menunjukkan pertemuan secara
umum, Kis 19:32,39,41.[7] biasanya
kata ini diapakai dalam konteks pemanggilan penduduk Yunani, keluar dari rumah
mereka berkumpul dalam suatu tempat yang sudah ditentukan.
D.
Teori-teori
Tentang Seks Bebas
Faktor
terjadinya seks bebas
Terjadinya
seks bebas dikalangan remaja tentu ada faktor-faktor yang memicunya.
Faktor-faktor itu bisa berasal dari dalam diri remaja sendiri, dan ada juga
dari luar.
-
Faktor dari dalam
Yang
dimaksud pengaruh dari dalam adalah pengaruh yang timbul dari dalam jiwa remaja
tersebut dalam mencari jati dirinya. Sifat remaja antara lain adalah selalu
ingin mencoba hal – hal baru yang belum mereka rasakan, selain itu mereka
selalu bereksperimen dengan hal – hal baru yang mereka temukan tersebut.
Ditambah lagi jiwa muda mereka yang selalu meledak – ledak membuat mereka
selalu memutuskan sesuatu hal tanpa memikirkan dengan matang mana yang baik dan
mana yang buruk bagi mereka, begitu juga halnya dengan seks. Mereka selalu
ingin mencoba dan tertantang untuk melakukan apa yang dimaksud dengan seks
tersebut tanpa memikirkan dampaknya bagi mereka.
-
Faktor dari luar
Sedangkan
pengaruh dari luar, bisa dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan
norma, kesopanan dan hukum yang benar sessuai dengan budaya yang ada. Pengaruh
dari luar juga bisa dari lingkungan dimana dia tinggal. Lingkungan turut
menentukan dan membentuk kepribadian remaja. Lingkungan membentuk perilaku,
sikap, pandangan hidup seseorang. Sebagai ruang lingkup terkecil, keluarga
mempunyai peranan yang sangat mendasar dalam kehidupan kita termasuk remaja,
seorang remaja yang kurang perhatian dari keluarga akan berbuat seenaknya tanpa
takut dilarang, dimarah maupun dinasehati sehingga budaya – budaya atau apa
saja yang mereka dapatkan di luar akan langsung mereka telan tanpa harus
menyaring dan memilah. Keluarga yang tidak utuh juga turut membuat remaja tidak
stabil. Urangnya perhatian dan pengajaran dari keluarga juga membuat remaja
tidak memiliki pegangan yang benar. Pengaruh dari luar lainya bisa juga dari
teman yang terkadang sangat dipercaya oleh remaja sehingga apapun yang
dikatakan dan di contohkan akan diikuti oleh remaja. Media masa dan elektronik
juga turut menjadi fktor remaja melakukan seks bebas, karena dengan kemajuan
tekologi, remaja dapat dengan mudah melihat hal-hal yang berbau pornografi
sehingga mempengaruhi pikiran mereka.
Dampak
Seks Bebas dikalangan Remaja
Seks bebas dikalangan remaja tentu
memiliki dampak negative yang akan dialami remaja baik secara langsung maupun
tidak. Dampak itu bisa dalam hal kesehatan tentunya dengan resiko tertular dan
mengalami penyakit-penyakit yang berbahaya seperti sifilis atau raja singa,
HIV/AIDS, Herpes kelamin. Dampak lain adalah hancurnya masa depan apalagi jika
sampai mengalami kehamilan akibat seks bebas. Hubungan dengan keluarga juga
akan mengalami kerusakan karena merasa tidak diperdulikan sehingga menimbulkan
kekecewaan terhadap keluarga sendiri. Seks bebas juga berdampak social, karena
jika tidak di tangani, maka remaja yang sudah terlanjur melakukan seks bebas
akan dapat terjerumus ke dalam praktek prostistusi atau pelacuran.
Strategi
pencegahan Seks Bebas dikalangan remaja
Sebenarnya ada beberapa cara yang
bisa dilakukan untuk mencegah dan mengurangi kecenderungan remaja untuk
terjerumus kedalam perilaku seks bebas. Diantaranya adalah, menjauhi dan
menghindari pengaruh media masa dan elektronik yang bruruk atau dengan kata lain
menggunakan teknologi dengan tepat. Orang tua harus memaksimalkan perannya
sebagai pembimbing dan menjadi teladan
bagi anak, memberikan pengajaran yang benar dan mengawasi anak-anaknya.
Pembekalan secara rohani sangat penting supaya anak hidup dengan takut akan
Tuhan dan tidak melakukan dosa salah satunya seks bebas. Memberikan penyuluhan
tentang pergaulan dan seks bebas bagi remaja akan dapat memberikan pengertian
yang benar tentang seks bagi remaja supaya mereka tidak mencari informasi
ditempat yang salah. Remaja harus diajarkan untuk menggunakan waktu dengan
hal-hal yang bermanfaat, remaja harus pandai memilih teman yang baik dan tidak
menjerumuskan kepada hal yang salah.
BAB
III
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai seks
bebas yang dilihat dari sudut pandang penulis dan dari sudut pandang Alkitab, dan
apa yang menjadi tugas, tanggung jawab dan peranan gereja dalam menggembalakan
pemuda dan remaja supaya dapat menemukan solusi bagaimana gereja dapat
mengambil peran untuk menurunkan angka seks bebas dikalangan remaja.
A.
Pandangan Firman Tuhan mengenai Seks Bebas
html Kata
seks dewasa ini menunjukkan bahwa istilah tersebut hampir selalu dipakai di
dalam konteks imoralitas seksual (Yun: porneia – yang darinya kita memperoleh
istilah “pornografi”). Ada yang berpikir bahwa Alkitab tidak banyak mengajar
kita tentang seks, dan bahwa ketika Alkitab membicarakan tentang
seksualitas, itu dilakukan hanya dalam bentuk yang negatif, bersifat melarang,
dan terlalu sopan.Tetapi ini merupakan kesimpulan yang agak dangkal. Alkitab
berbicara banyak tentang seks, sebab Alkitab berbicara banyak tentang segala
sesuatu. Maka, daripada hanya mencari istilah seks di dalam Alkitab, strategi
yang lebih produktif adalah mencari di dalam Alkitab frasa segala sesuatu,
sebab seks jelas merupakan salah satu bagian dari segala sesuatu. Berikut ini
adalah contoh dari pencarian seperti ini, yang tersingkap dalam firman
Allah yang berkuasa. Prinsip 1: Alkitab mengatakan bahwa seksualitas manusia
sebagai sesuatu yang baik.
Mari kita mulai dari awal: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka” (Kej 1:27) Setelah penciptaan sebelumnya dilakukan, Allah melihat bahwa “semuanya itu baik” (Kej 1:12,18,21,25), tapi setelah penciptaan manusia sebagai laki-laki dan perempuan, Allah melihat bahwa “segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik” (Kej 1:31). Awal pengertian secara ilahi bahwa seksualitas manusia itu ‘sungguh amat baik’ menunjukan perbedaan seksual pria dan wanita sebagai bagian dari kebaikan dan kesempurnaan dari ciptaan Tuhan yang pertama.
Mari kita mulai dari awal: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka” (Kej 1:27) Setelah penciptaan sebelumnya dilakukan, Allah melihat bahwa “semuanya itu baik” (Kej 1:12,18,21,25), tapi setelah penciptaan manusia sebagai laki-laki dan perempuan, Allah melihat bahwa “segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik” (Kej 1:31). Awal pengertian secara ilahi bahwa seksualitas manusia itu ‘sungguh amat baik’ menunjukan perbedaan seksual pria dan wanita sebagai bagian dari kebaikan dan kesempurnaan dari ciptaan Tuhan yang pertama.
Prinsip
2: Seksualitas manusia adalah satu proses dimana dua menjadi ‘satu daging’. Hubungan
intim antara seorang pria dan wanita diekspresikan dalam Kej 2:24: “Sebab itu
seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan
istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”. Istilah ‘satu daging’ mengacu
pada penyatuan tubuh, jiwa, dan roh yang utuh diantara pasangan yang telah
menikah. Penyatuan utuh ini dapat dialami khususnya melalui hubungan seksual
yang merupakan tindakan dari pengekspresian cinta sejati, rasa hormat, dan
komitmen.
Istilah
‘menjadi satu daging’ menunjukan rencana Tuhan tentang seks dalam perkawinan.
Hal ini menjelaskan bahwa Tuhan melihat seks sebagai media bagi suami istri
untuk mencapai kesatuan. Harus diperhatikan bahwa pengandaian ‘satu daging’
tidak diterapkan untuk mengambarkan hubungan seorang anak dengan orang tuanya.
Seorang laki-laki akan ‘meninggalkan’ orang tuanya untuk menjadi ‘satu daging’
dengan istrinya. Hubungan dengan istrinya berbeda dengan hubungan dengan orang
tuanya karena hubungan dengan istri merupakan kesatuan baru yang diperoleh
melalui penyatuan seksual.
Menjadi
‘satu daging’ juga mengambarkan tujuan dari kegiatan seksual yang tidak hanya
sebagai prokreasi (untuk memperoleh keturunan) tetapi juga psikologi (memenuhi
kebutuhan emosional untuk mencapai satu hubungan kesatuan). Kesatuan menunjukan
keinginan untuk mengetahui sisi paling khusus dari pasangan secara emosi, fisik
dan intelektual. Ketika mereka saling memahami dengan cara yang paling khusus,
mereka akan mengerti arti dari menjadi satu daging. Hubungan seksual tidak
secara otomatis memberikan pengertian kesatuan. Lebih jauh lagi setiap pasangan
harus memahami betul arti saling berbagi dalam hubungan suami-istri.
Prinsip 3: Seks adalah memahami satu sama lain melalui cara yang paling intim.
Hubungan seksual diantara pasangan yang telah menikah membuat mereka dapat saling memahami melalui cara yang paling khusus. Hal ini tidak dapat diperoleh dengan cara yang lain. Berhubungan seksual tidak hanya membiarkan pasangan kita melihat tubuh kita tapi juga kepribadian kita. Inilah sebabnya mengapa kitab suci sering menggambarkan hubungan seksual sebagai ‘memahami’, kata kerja yang sama digunakan dalam Ibrani yang mengacu pada memahami Tuhan.
Adam tentu saja sudah mengenal Hawa sebelum mereka berhubungan seksual, namun ia mengenal Hawa lebih jauh lagi melalui cara yang paling khusus tersebut.
Prinsip 3: Seks adalah memahami satu sama lain melalui cara yang paling intim.
Hubungan seksual diantara pasangan yang telah menikah membuat mereka dapat saling memahami melalui cara yang paling khusus. Hal ini tidak dapat diperoleh dengan cara yang lain. Berhubungan seksual tidak hanya membiarkan pasangan kita melihat tubuh kita tapi juga kepribadian kita. Inilah sebabnya mengapa kitab suci sering menggambarkan hubungan seksual sebagai ‘memahami’, kata kerja yang sama digunakan dalam Ibrani yang mengacu pada memahami Tuhan.
Adam tentu saja sudah mengenal Hawa sebelum mereka berhubungan seksual, namun ia mengenal Hawa lebih jauh lagi melalui cara yang paling khusus tersebut.
Dwight
H. Small mengemukakan, “pengungkapan rahasia diri melalui hubungan seksual
merupakan pengungkapan diri yang paling tinggi dari semua tingkat dalam
keberadaan satu pribadi. Ini adalah satu cara unik yang eklusif. Mereka saling
mengenal seolah mereka tidak pernah mengenal orang lain. Pengetahuan yang unik
ini merupakan satu rasa memiliki yang sejati… keadaan telanjang merupakan satu
simbol bahwa tidak ada yang tersembunyi diantara pasangan suami istri.”
Proses menuju hubungan seksual adalah satu proses pertumbuhan. Mulai dari sekedar mengenal, kemudian berkencan, bertunangan, menikah, dan berhubungan seksual, pasangan belajar mengenal satu sama lain. Hubungan seksual merupakan puncak dari proses pertumbuhan tersebut.Seperti yang dikemukakan oleh Elizabeth Achtemeier: “Kami merasa seolah kedalaman diri yang paling tersembunyi muncul kepermukaan dan terungkap sebagai satu ekspresi cinta kami yang murni”. Dunia kita sudah melonggarkan prinsip seks, sehingga sepertinya seks sebelum menikah itu tidak masalah karena rasanya enak, tapi Alkitab tidak pernah menyetujui hal itu. Tuhan memanggil kita semua untuk mengendalikan nafsu dan menunggu sampai kita menikah. 1 Korintus 7:2-3, Tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Ibrani 13:4, Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah. 1 Tesalonika 4:3-4, Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan.
Proses menuju hubungan seksual adalah satu proses pertumbuhan. Mulai dari sekedar mengenal, kemudian berkencan, bertunangan, menikah, dan berhubungan seksual, pasangan belajar mengenal satu sama lain. Hubungan seksual merupakan puncak dari proses pertumbuhan tersebut.Seperti yang dikemukakan oleh Elizabeth Achtemeier: “Kami merasa seolah kedalaman diri yang paling tersembunyi muncul kepermukaan dan terungkap sebagai satu ekspresi cinta kami yang murni”. Dunia kita sudah melonggarkan prinsip seks, sehingga sepertinya seks sebelum menikah itu tidak masalah karena rasanya enak, tapi Alkitab tidak pernah menyetujui hal itu. Tuhan memanggil kita semua untuk mengendalikan nafsu dan menunggu sampai kita menikah. 1 Korintus 7:2-3, Tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Ibrani 13:4, Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah. 1 Tesalonika 4:3-4, Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan.
B.
peranan gereja dalam menurunkan angka seks bebas dikalangan remaja
Menghadapi bahayanya seks bebas yang mengancam
generasi muda gereja, maka gereja harus peka dan tanggap dengan keadaan yang
demikian. Karena jika gereja membiarkan hal ini terjadi, maka gereja akan
kehilangan generasi penerus estafet pelayanan gereja. Oleh karena itu maka
gereja juga harus mengingat tugasnya dan memikirkan cara untuk menolong
generasi muda khususnya dalam mengurangi angka seks bebas dikalangan remaja
Kristen. Ada beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan oleh gereja,
diantaranya: memberikan pelayanan khusus kepada kaum muda dengan tema-tema yang
membangun khususnya mengenai topic seks deengan berlandaskan pada Alkitab
Firman Allah sebagai standar kehidupan yang benar. Gereja dapat memberikan
pelayanan konseling bagi kaum muda secara pribadi dengan penggembalaan yang
berkesinambungan untuk membimbing kaum muda dengan segala problema yang
dihadapinya. Dengan konseling, pembimbingan dapat dilakukan secara maksimal.
Gereja perlu mengadakan seminar-seminar tentang seks supaya kaum muda mendapatkan
dan memiliki pengetahuan dan pengertian yang benar tentang seks dan perilaku
seks bebas yang saat ini mengancam mereka. Hal ini juga untuk mencegah kaum
muda untuk mendapatkan informasi tentang seks pada tempat yang salah. Gereja mengadakan
kegiatan-kegiatan positif yang membangun untuk menggali kreatifitas kaum muda,
seperti olahraga bersama, camp pemuda, dan kegiatan yang lain. Gereja memberikan
ruang khusus bagi kaum muda yang sudah jatuh dalam dosa seks bebas supaya
mereka mengalami pemulihan dan mengalami kebangunan kembali, supaya mereka
tidak semakin hilang melainkan dapat bangkit dan dipulihkan. Gereja harus melibatkan
kaum muda dalam pelayanan gerejawi supaya kaum muda mengerti makna hidup
sesungguhnya adalah hidup untuk melayani Tuhan dan memberikan seluruh
keberadaannya sebagai persembahan yang kudus dihadapan Tuhan.
BAB
IV
KESIMPULAN
Ditengah persoalan yang dihadapi
manusia khususnya dalam hal pergaulan yang memicu terjadinya perilaku seks
bebas, maka gereja harus mengingat kembali akan tugas, peranan dan tanggung
jawabnya dalam membimbing umat Tuhan, khususnya generasi muda. Angka seks bebas
yang demikian tinggi mengingatkan gereja supaya mengarahkan kaum mudanya untuk
hidup sesuai dengan firman Tuhan sehingga mereka menjadi generasi yang
berkualitas. Gereja harus berperan bagaimana membekali kaum muda sebagai
generasi penerus gereja yang akan melanjutkan estafet pelayanan di tengah dunia
menjadi garam dan terang, dengan pemahaman yang berdasar dan berlandaskan
Alkitab. Dengan pelayanan demikian maka geenerasi muda akan terselamatkan dan
menjadi generasi penerus gereja yang berkualitas secara rohani dan memuliakan
Tuhan dengan hidupnya.
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja
[2] http://www.referensimakalah.com/2012/11/definisi-seks-dan-seksualitas.html
[3] http://nopanova1.blogspot.com/p/pengertian-dan-penyebab-prilaku-seks_23.html
[5] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian
Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika, BPK Gunung Mulia,Jakarta, 2006
[6] I. Howard Marshall, The
Tyndale New Testament Commentary,The Acts of the Apostles, Michigan:
Williams B. Eerdmans Publishing Company, 1980
DAFTAR PUSTAKA
Donald
Guthrie, Teologi Perjanjian Baru
3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika, BPK Gunung Mulia,Jakarta, 2006
Edmund
P.Clowney, The
Church ,Leicester: Inter Varsity Press, 1995
http://nopanova1.blogspot.com/p/pengertian-dan-penyebab-prilaku-seks_23.html
http://www.referensimakalah.com/2012/11/definisi-seks-dan-seksualitas.html
I.
Howard Marshall, The Tyndale New
Testament Commentary,The Acts of the Apostles, Michigan: Williams
B. Eerdmans Publishing Company, 1980
Lotnatigor Sihombing, Kultus dan Kultur, Sekolah
Tinggi Theologia I-3, Batu, 1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar